TINJAUAN PUSTAKA
Ikan Layur
Klasifikasi ikan layur
Menurut Bal dan Rao (1990) yang diacu oleh Rachmawati (2004) ikan layur
dikelompokkan dalam hjairtail dan cutclas dimana ikan layur termasuk dalam
jenis ikan peredator, karnivor dan cenderung kanibal. Ikan layur (Trichiurus
sp) menurut taksonominya diklasifikasikan sebagai berikut (saanin, 1984 diacu
dalam Rachmawati 2004)
Filum: Chordata
Subfilum: Vertebrata
Kelas: Pisces
Sub kelas: Teleostei
Ordo: Perchomorphi
Sub Ordo: Scomroidea
Famili: Trichiuridae
Genus: Trichiurus
Nama Indonesia: Layur
Ciri – ciri morfologi ikan laytur (Trichiurus sp)
Ikan layur mempunyai tubuh yang panjang dan pipih sedangkan ekornya seperti
cambuk. Kulit tidak berisik, warna tubuh perak, dengan sedikit kekuning –
kuningan. Ikan layur tidak mempunyai sirip perut sedangkan sirip dubur terdiri
dari sebaris duri – duri kecil yang mudah lepas. Rahang bawah pada ikan layur
lebih panjang dari pada rahang atas. Mulut lebar dan kedua rahangnya bergigi
kuat dan tajam. Ikan ini bersifat karnivora (Nontji, 1987 diacu dalam
Rachmawati 2004).
Habitat dan tingkah laku ikan layur
Menurut Badrudin (1998) yang diacu dalam Rachmawati, perairan Laut Jawa
terdiri atas 100 jenis ikan demersal. Salah satu jenis ikan demersal tersebut
adalah ikan layur. Ikan layur pada umumnya hidup di daerah perairan dalam dan
berlumpur.
Juvenil
dan ikan layur dewasa mempunyai kebiasaan yang berlawanan dalam bermigrasi
vertikal untuk mencari makan. Juvenil dan ikan layur muda membentuk suatu
scooling pada kedalaman 100 meter sampai kedasar perairan pada waktu siang
hari. sedangkan pada malam hari, ikan layur lebih dekat dengan permukaan air
untuk mencari makanan berupa plankton. Ikan layur yang sudah dewasa akan
mencari makan pada siang hari didekat permukaan seperti ikan pelagis kecil.
Ikan layur yang sudah dewasa juga akan bermigrasi kedasar pada saat malam hari
(Shiokawa 1988 diacu dalam Rachmawati 2004)
Penyebaran Ikan Layur
Menurut
Ayodhyoa dan Diniah 1989 yang diacu dalam Rachmawati 2004 penyebaran ikan layur
meliputi Perairan Pantai Indonesia, Teluk Benggla, Teluk Siam, Sepanjang pantai
laut Cina selatan, Philipina dan Pantai Utara Australia. Panjang ikan layur
dapat mencapai 80 cm dan panjang maksimum 100 cm (Ayodhyoa dan Diniah 1989). Sedangkan
menurut Burhanudin (1984) jenis ikan Layur yang biasa tertangkap terdiri atas
dua jenis yaitu Trichiurus humela dengan
panjang hingga 110 cm dan Trichiurus
savala dengan panjang hingga 100 cm.
Menurut
Nontji (1987) di Indonesia terdapat enam jenis ikan layur. Jenis ikan layur
yang banyak terdapat diperairan pantai utara jawa yaitu jenis Trichiurus
haumela.
Pancing Ulur
Deskripsi
Pencing
ulur merupakan jenis pancing yang banyak dikenal banyak oleh nelayan di
Indonesia. Pancing ulur terdiri dari dua komponen utama yaitu tali dan mata
pancing. Tali pancing biasanya terdiri dari benang katun, nilon, polyetilen dan
plastik atau senar. Sedangkan mata pancing terbuat dari kawat baja, atau
kuningan atau bahan lain yang dapat digunakan untuk membuat mata pancing.
Menurut Subandi dan Barus pancing ulur merupakan salah satu bentuk alat tangkap
yang umum digunakan oleh nelayan, khususnya nelayan kecil. Alat tangkap pancing
ulur terdiri atas beberapa komponen yaitu tali, mata pancing dan pemberat.
Menurut
Martasuganda dan monintja (1991)
konstruksi dan sistem penangkapan pancing ulur diseesuaikan dengan ikan tujuan
penangkapan, fishing ground, kondisi perairan dan musim. Von Brandt (1984)
mengklasifikasikan pancing ulur kedalam fishing line yang menggunakan satu atau
baberapa mata pancing.
Pengoperasian Pancing Ulur
Menurut
Ayodhya (1981) pengoperasian pancing ulur dengan memasang umpan pada mata
pancing yang telah diberi tali dan menenggelamkannya kedalam air. Saat umpan
dimakan, maka mata pancing akan tersangkut pada mulut ikan dan pancing ditarik
ke perahu. Lokasi pengoperasian pancing ulur dapat dilakukan disemua perairan
(Subani dan Barus 1989)
Daerah Penangkapan Ikan
Daerah
penangkapan ikan dari pancing ulur ditempat dimana pada wilayah tersebut diduga
terdapat ikan (Ayodhyoa 1981). Pengoperasian pancing ulur dapat dikatakan bersifat komersial apabila
mempenyuai pengetahuan tentang daerah penangkapan ikan. Daerah penangkapan ikan
berpengaruh terhadap bentuk, jenis dan ukuran alat tangkap pancing ulur.
Menurut
Gunarso (1985) yang penting untuk diketahui dari daerah penangkapan ikan
terutama penyebaran ikan yaitu;
1.
Keberadaan
ikan
2.
Waktu
kemunculan ikan
3.
Faktor
– faktor yang menyebabkan ikan berkumpul pada daerah penangkapan ikan.
4.
Keberadaan
ikan di tempat tersebut bersifat tetap, sementara atau hanya beruaya.
5.
Aktivitas
ikan ditempat daerah penangkapan ikan, seperti mencari makan, memijah, tempat
bermain, membuat sarang
6.
Reaksi
ikan terhadap berbagai tenaga atau faktor alami yang ada di daerah penangkapan
ikan seperti arus, gelombang
Umpan
Penggunaan
umpan disesuaikan dengan kesukaan ikan, sasaran dan mempertimbangkan kemampuan
ikan mendeteksi ikan karena ikan pada umumnya mendeteksi adanya makanan melalui
reseptor yang dimilikinya dan hal ini bergantunng pada jenis reseptor tertentu yang
mendominasi pada jenis ikan tersebut (Gunarso 1985).
Menurut
Djatikusumo diacu oleh Urbinas (2000) bebrapa persyaratan umpan yang baik
yaitu;
1.
Tahan
lama artinya umpan tersebut tidak mudah mengalami pembusukan
2.
Mempunyai
warna yang mengkilat artinya warna umpan dapat mengikat ikan untuk memakan
umpan sehingga tujuan penangkapan ikan menjadi optimal
3.
Mempunyai
bau yang spesifik yang dapat merangsang ikan sasaran tangkapan
4.
Harganya
terjangkau
5.
Mempunyai
ukuran yang memadai
6.
Disenangi
oleh ikan yang menjadi tujuan penangkapan
Daftar
Pustaka
Ayodhyoa.
1981. Metode Penangkapan Ikan. Diktat Kuliah (tidak dipublikasikan).
Ayodhyoa
dan Diniah. 1989. Handbook Perikanan Indonesia. Diktat Kuliah (tidak
dipublikasikan. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Hal: 39
Badrudin,
M., Gornal. H, B. Iskandar P, P. Raharjo dan R. Basuki. 1998. Potensi dan
Penyebaran Sumberdaya Ikan Laut di Perairan Indonesia, Jakarta: Komisi Nasional
Pengkajian Stok Ikan Laut. LIPi. Hal: 139 – 154.
Bal, D.V.
and K.V. Rao. 1990. Marine Fisheries of India. New Delhi: McGraw Hill
Publishing Company Limited. 475 pp.
Gunarso,
W. 1985. Tingkah Laku Ikan Dalam Hubungannya Dengan Alat, Metode, dan Taktik
Penangkapan. Diktat Mata Kuliah (tidak dipublikasikan). Bogor: Institut
Pertanian Bogor, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. 149 hal.
Monintja,
R.D., dan S. Martasuganda. 1991. Diktat Kuliah Teknologi Penangkapan Ikan
(tidak dipublikasikan). Bogor: Institut Pertanian Bogor, Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan. Hal: 1-3
Nontji, A.
1987. Laut Nusantara. Jakarta: Penerbit Djambatan. 368 hal.
Saanin, H.
1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi 1. Bogor: Bina Cipta. 255 hal.
Subani, W.
Dan H.R. Barus. 1989. Alat Penangkapan ikan dan Udang Laut di Indonesia. Jurnal
Penelitian Perikanan Laut No. 50 Tahun 1988/1989. Edisi Khusus. BPPL. Jakarta.
248 hal.
Urbinas,
M.P. 2000. Pengaruh ukuran Umpan Buatan Terhadap komposisi Hasil Tangkapan Pada
Pencing Tonda di Perairan Sorong, Papua [Skripsi] (tidak dipublikasikan).
Bogor: Institut Pertanian Bogor, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Departemen Pemanfaatan sumberdaya Perikanan. Hal 9-10
Von
Brandt, A. 1984. Fish Catching Methods of World. England: FAO Fishing News
Books. Ltd. Farnham, Jursey. Page: 80-82
Rochmawati.
2004. Perbedaan Jenis Umpan Terhadap Hasil Tangkapan Layur Dengan Pancing Ulur
di Perairan Prigi Kabupaten Trenggalek [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian
Bogor, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya
Perikanan
Download File di bawah ini