Rabu, 21 November 2012

Perbedaan Jenis Umpan Terhadap Hasil Tangkapan Layur Dengan Pancing Ulur di Perairan Prigi Kabupaten Trenggalek [Skripsi]


TINJAUAN PUSTAKA
Ikan Layur
Klasifikasi ikan layur
Menurut Bal dan Rao (1990) yang diacu oleh Rachmawati (2004) ikan layur dikelompokkan dalam hjairtail dan cutclas dimana ikan layur termasuk dalam jenis ikan peredator, karnivor dan cenderung kanibal. Ikan layur (Trichiurus sp) menurut taksonominya diklasifikasikan sebagai berikut (saanin, 1984 diacu dalam Rachmawati 2004)
Filum: Chordata
Subfilum: Vertebrata
Kelas: Pisces
Sub kelas: Teleostei
Ordo: Perchomorphi
Sub Ordo: Scomroidea
Famili: Trichiuridae
Genus: Trichiurus
Nama Indonesia: Layur

Ciri – ciri morfologi ikan laytur (Trichiurus sp)
Ikan layur mempunyai tubuh yang panjang dan pipih sedangkan ekornya seperti cambuk. Kulit tidak berisik, warna tubuh perak, dengan sedikit kekuning – kuningan. Ikan layur tidak mempunyai sirip perut sedangkan sirip dubur terdiri dari sebaris duri – duri kecil yang mudah lepas. Rahang bawah pada ikan layur lebih panjang dari pada rahang atas. Mulut lebar dan kedua rahangnya bergigi kuat dan tajam. Ikan ini bersifat karnivora (Nontji, 1987 diacu dalam Rachmawati 2004).

Habitat dan tingkah laku ikan layur
Menurut Badrudin (1998) yang diacu dalam Rachmawati, perairan Laut Jawa terdiri atas 100 jenis ikan demersal. Salah satu jenis ikan demersal tersebut adalah ikan layur. Ikan layur pada umumnya hidup di daerah perairan dalam dan berlumpur.
Juvenil dan ikan layur dewasa mempunyai kebiasaan yang berlawanan dalam bermigrasi vertikal untuk mencari makan. Juvenil dan ikan layur muda membentuk suatu scooling pada kedalaman 100 meter sampai kedasar perairan pada waktu siang hari. sedangkan pada malam hari, ikan layur lebih dekat dengan permukaan air untuk mencari makanan berupa plankton. Ikan layur yang sudah dewasa akan mencari makan pada siang hari didekat permukaan seperti ikan pelagis kecil. Ikan layur yang sudah dewasa juga akan bermigrasi kedasar pada saat malam hari (Shiokawa 1988 diacu dalam Rachmawati 2004)

Penyebaran Ikan Layur
Menurut Ayodhyoa dan Diniah 1989 yang diacu dalam Rachmawati 2004 penyebaran ikan layur meliputi Perairan Pantai Indonesia, Teluk Benggla, Teluk Siam, Sepanjang pantai laut Cina selatan, Philipina dan Pantai Utara Australia. Panjang ikan layur dapat mencapai 80 cm dan panjang maksimum 100 cm (Ayodhyoa dan Diniah 1989). Sedangkan menurut Burhanudin (1984) jenis ikan Layur yang biasa tertangkap terdiri atas dua jenis yaitu Trichiurus humela dengan panjang hingga 110 cm dan Trichiurus savala dengan panjang hingga 100 cm.
Menurut Nontji (1987) di Indonesia terdapat enam jenis ikan layur. Jenis ikan layur yang banyak terdapat diperairan pantai utara jawa yaitu jenis Trichiurus haumela.

Pancing Ulur
Deskripsi
Pencing ulur merupakan jenis pancing yang banyak dikenal banyak oleh nelayan di Indonesia. Pancing ulur terdiri dari dua komponen utama yaitu tali dan mata pancing. Tali pancing biasanya terdiri dari benang katun, nilon, polyetilen dan plastik atau senar. Sedangkan mata pancing terbuat dari kawat baja, atau kuningan atau bahan lain yang dapat digunakan untuk membuat mata pancing. Menurut Subandi dan Barus pancing ulur merupakan salah satu bentuk alat tangkap yang umum digunakan oleh nelayan, khususnya nelayan kecil. Alat tangkap pancing ulur terdiri atas beberapa komponen yaitu tali, mata pancing dan pemberat.
Menurut Martasuganda dan monintja  (1991) konstruksi dan sistem penangkapan pancing ulur diseesuaikan dengan ikan tujuan penangkapan, fishing ground, kondisi perairan dan musim. Von Brandt (1984) mengklasifikasikan pancing ulur kedalam fishing line yang menggunakan satu atau baberapa mata pancing.


Pengoperasian Pancing Ulur
Menurut Ayodhya (1981) pengoperasian pancing ulur dengan memasang umpan pada mata pancing yang telah diberi tali dan menenggelamkannya kedalam air. Saat umpan dimakan, maka mata pancing akan tersangkut pada mulut ikan dan pancing ditarik ke perahu. Lokasi pengoperasian pancing ulur dapat dilakukan disemua perairan (Subani dan Barus 1989)

Daerah Penangkapan Ikan
Daerah penangkapan ikan dari pancing ulur ditempat dimana pada wilayah tersebut diduga terdapat ikan (Ayodhyoa 1981). Pengoperasian pancing ulur  dapat dikatakan bersifat komersial apabila mempenyuai pengetahuan tentang daerah penangkapan ikan. Daerah penangkapan ikan berpengaruh terhadap bentuk, jenis dan ukuran alat tangkap pancing ulur.
Menurut Gunarso (1985) yang penting untuk diketahui dari daerah penangkapan ikan terutama penyebaran ikan yaitu;
1.       Keberadaan ikan
2.       Waktu kemunculan ikan
3.       Faktor – faktor yang menyebabkan ikan berkumpul pada daerah penangkapan ikan.
4.       Keberadaan ikan di tempat tersebut bersifat tetap, sementara atau hanya beruaya.
5.       Aktivitas ikan ditempat daerah penangkapan ikan, seperti mencari makan, memijah, tempat bermain, membuat sarang
6.       Reaksi ikan terhadap berbagai tenaga atau faktor alami yang ada di daerah penangkapan ikan seperti arus, gelombang

Umpan
Penggunaan umpan disesuaikan dengan kesukaan ikan, sasaran dan mempertimbangkan kemampuan ikan mendeteksi ikan karena ikan pada umumnya mendeteksi adanya makanan melalui reseptor yang dimilikinya dan hal ini bergantunng pada jenis reseptor tertentu yang mendominasi pada jenis ikan tersebut (Gunarso 1985).
Menurut Djatikusumo diacu oleh Urbinas (2000) bebrapa persyaratan umpan yang baik yaitu;
1.       Tahan lama artinya umpan tersebut tidak mudah mengalami pembusukan
2.       Mempunyai warna yang mengkilat artinya warna umpan dapat mengikat ikan untuk memakan umpan sehingga tujuan penangkapan ikan menjadi optimal
3.       Mempunyai bau yang spesifik yang dapat merangsang ikan sasaran tangkapan
4.       Harganya terjangkau
5.       Mempunyai ukuran yang memadai
6.       Disenangi oleh ikan yang menjadi tujuan penangkapan

Daftar Pustaka
Ayodhyoa. 1981. Metode Penangkapan Ikan. Diktat Kuliah (tidak dipublikasikan).

Ayodhyoa dan Diniah. 1989. Handbook Perikanan Indonesia. Diktat Kuliah (tidak dipublikasikan. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Hal: 39

Badrudin, M., Gornal. H, B. Iskandar P, P. Raharjo dan R. Basuki. 1998. Potensi dan Penyebaran Sumberdaya Ikan Laut di Perairan Indonesia, Jakarta: Komisi Nasional Pengkajian Stok Ikan Laut. LIPi. Hal: 139 – 154.

Bal, D.V. and K.V. Rao. 1990. Marine Fisheries of India. New Delhi: McGraw Hill Publishing Company Limited. 475 pp.

Gunarso, W. 1985. Tingkah Laku Ikan Dalam Hubungannya Dengan Alat, Metode, dan Taktik Penangkapan. Diktat Mata Kuliah (tidak dipublikasikan). Bogor: Institut Pertanian Bogor, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. 149 hal.

Monintja, R.D., dan S. Martasuganda. 1991. Diktat Kuliah Teknologi Penangkapan Ikan (tidak dipublikasikan). Bogor: Institut Pertanian Bogor, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Hal: 1-3

Nontji, A. 1987. Laut Nusantara. Jakarta: Penerbit Djambatan. 368 hal.

Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi 1. Bogor: Bina Cipta. 255 hal.

Subani, W. Dan H.R. Barus. 1989. Alat Penangkapan ikan dan Udang Laut di Indonesia. Jurnal Penelitian Perikanan Laut No. 50 Tahun 1988/1989. Edisi Khusus. BPPL. Jakarta. 248 hal.

Urbinas, M.P. 2000. Pengaruh ukuran Umpan Buatan Terhadap komposisi Hasil Tangkapan Pada Pencing Tonda di Perairan Sorong, Papua [Skripsi] (tidak dipublikasikan). Bogor: Institut Pertanian Bogor, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Departemen Pemanfaatan sumberdaya Perikanan. Hal 9-10

Von Brandt, A. 1984. Fish Catching Methods of World. England: FAO Fishing News Books. Ltd. Farnham, Jursey. Page: 80-82

Rochmawati. 2004. Perbedaan Jenis Umpan Terhadap Hasil Tangkapan Layur Dengan Pancing Ulur di Perairan Prigi Kabupaten Trenggalek [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

Download File di bawah ini