Jumat, 23 November 2012
Rabu, 21 November 2012
Perbedaan Jenis Umpan Terhadap Hasil Tangkapan Layur Dengan Pancing Ulur di Perairan Prigi Kabupaten Trenggalek [Skripsi]
Rabu, November 21, 2012
Skripsi
TINJAUAN PUSTAKA
Ikan Layur
Klasifikasi ikan layur
Menurut Bal dan Rao (1990) yang diacu oleh Rachmawati (2004) ikan layur
dikelompokkan dalam hjairtail dan cutclas dimana ikan layur termasuk dalam
jenis ikan peredator, karnivor dan cenderung kanibal. Ikan layur (Trichiurus
sp) menurut taksonominya diklasifikasikan sebagai berikut (saanin, 1984 diacu
dalam Rachmawati 2004)
Filum: Chordata
Subfilum: Vertebrata
Kelas: Pisces
Sub kelas: Teleostei
Ordo: Perchomorphi
Sub Ordo: Scomroidea
Famili: Trichiuridae
Genus: Trichiurus
Nama Indonesia: Layur
Ciri – ciri morfologi ikan laytur (Trichiurus sp)
Ikan layur mempunyai tubuh yang panjang dan pipih sedangkan ekornya seperti
cambuk. Kulit tidak berisik, warna tubuh perak, dengan sedikit kekuning –
kuningan. Ikan layur tidak mempunyai sirip perut sedangkan sirip dubur terdiri
dari sebaris duri – duri kecil yang mudah lepas. Rahang bawah pada ikan layur
lebih panjang dari pada rahang atas. Mulut lebar dan kedua rahangnya bergigi
kuat dan tajam. Ikan ini bersifat karnivora (Nontji, 1987 diacu dalam
Rachmawati 2004).
Habitat dan tingkah laku ikan layur
Menurut Badrudin (1998) yang diacu dalam Rachmawati, perairan Laut Jawa
terdiri atas 100 jenis ikan demersal. Salah satu jenis ikan demersal tersebut
adalah ikan layur. Ikan layur pada umumnya hidup di daerah perairan dalam dan
berlumpur.
Juvenil
dan ikan layur dewasa mempunyai kebiasaan yang berlawanan dalam bermigrasi
vertikal untuk mencari makan. Juvenil dan ikan layur muda membentuk suatu
scooling pada kedalaman 100 meter sampai kedasar perairan pada waktu siang
hari. sedangkan pada malam hari, ikan layur lebih dekat dengan permukaan air
untuk mencari makanan berupa plankton. Ikan layur yang sudah dewasa akan
mencari makan pada siang hari didekat permukaan seperti ikan pelagis kecil.
Ikan layur yang sudah dewasa juga akan bermigrasi kedasar pada saat malam hari
(Shiokawa 1988 diacu dalam Rachmawati 2004)
Penyebaran Ikan Layur
Menurut
Ayodhyoa dan Diniah 1989 yang diacu dalam Rachmawati 2004 penyebaran ikan layur
meliputi Perairan Pantai Indonesia, Teluk Benggla, Teluk Siam, Sepanjang pantai
laut Cina selatan, Philipina dan Pantai Utara Australia. Panjang ikan layur
dapat mencapai 80 cm dan panjang maksimum 100 cm (Ayodhyoa dan Diniah 1989). Sedangkan
menurut Burhanudin (1984) jenis ikan Layur yang biasa tertangkap terdiri atas
dua jenis yaitu Trichiurus humela dengan
panjang hingga 110 cm dan Trichiurus
savala dengan panjang hingga 100 cm.
Menurut
Nontji (1987) di Indonesia terdapat enam jenis ikan layur. Jenis ikan layur
yang banyak terdapat diperairan pantai utara jawa yaitu jenis Trichiurus
haumela.
Pancing Ulur
Deskripsi
Pencing
ulur merupakan jenis pancing yang banyak dikenal banyak oleh nelayan di
Indonesia. Pancing ulur terdiri dari dua komponen utama yaitu tali dan mata
pancing. Tali pancing biasanya terdiri dari benang katun, nilon, polyetilen dan
plastik atau senar. Sedangkan mata pancing terbuat dari kawat baja, atau
kuningan atau bahan lain yang dapat digunakan untuk membuat mata pancing.
Menurut Subandi dan Barus pancing ulur merupakan salah satu bentuk alat tangkap
yang umum digunakan oleh nelayan, khususnya nelayan kecil. Alat tangkap pancing
ulur terdiri atas beberapa komponen yaitu tali, mata pancing dan pemberat.
Menurut
Martasuganda dan monintja (1991)
konstruksi dan sistem penangkapan pancing ulur diseesuaikan dengan ikan tujuan
penangkapan, fishing ground, kondisi perairan dan musim. Von Brandt (1984)
mengklasifikasikan pancing ulur kedalam fishing line yang menggunakan satu atau
baberapa mata pancing.
Pengoperasian Pancing Ulur
Menurut
Ayodhya (1981) pengoperasian pancing ulur dengan memasang umpan pada mata
pancing yang telah diberi tali dan menenggelamkannya kedalam air. Saat umpan
dimakan, maka mata pancing akan tersangkut pada mulut ikan dan pancing ditarik
ke perahu. Lokasi pengoperasian pancing ulur dapat dilakukan disemua perairan
(Subani dan Barus 1989)
Daerah Penangkapan Ikan
Daerah
penangkapan ikan dari pancing ulur ditempat dimana pada wilayah tersebut diduga
terdapat ikan (Ayodhyoa 1981). Pengoperasian pancing ulur dapat dikatakan bersifat komersial apabila
mempenyuai pengetahuan tentang daerah penangkapan ikan. Daerah penangkapan ikan
berpengaruh terhadap bentuk, jenis dan ukuran alat tangkap pancing ulur.
Menurut
Gunarso (1985) yang penting untuk diketahui dari daerah penangkapan ikan
terutama penyebaran ikan yaitu;
1.
Keberadaan
ikan
2.
Waktu
kemunculan ikan
3.
Faktor
– faktor yang menyebabkan ikan berkumpul pada daerah penangkapan ikan.
4.
Keberadaan
ikan di tempat tersebut bersifat tetap, sementara atau hanya beruaya.
5.
Aktivitas
ikan ditempat daerah penangkapan ikan, seperti mencari makan, memijah, tempat
bermain, membuat sarang
6.
Reaksi
ikan terhadap berbagai tenaga atau faktor alami yang ada di daerah penangkapan
ikan seperti arus, gelombang
Umpan
Penggunaan
umpan disesuaikan dengan kesukaan ikan, sasaran dan mempertimbangkan kemampuan
ikan mendeteksi ikan karena ikan pada umumnya mendeteksi adanya makanan melalui
reseptor yang dimilikinya dan hal ini bergantunng pada jenis reseptor tertentu yang
mendominasi pada jenis ikan tersebut (Gunarso 1985).
Menurut
Djatikusumo diacu oleh Urbinas (2000) bebrapa persyaratan umpan yang baik
yaitu;
1.
Tahan
lama artinya umpan tersebut tidak mudah mengalami pembusukan
2.
Mempunyai
warna yang mengkilat artinya warna umpan dapat mengikat ikan untuk memakan
umpan sehingga tujuan penangkapan ikan menjadi optimal
3.
Mempunyai
bau yang spesifik yang dapat merangsang ikan sasaran tangkapan
4.
Harganya
terjangkau
5.
Mempunyai
ukuran yang memadai
6.
Disenangi
oleh ikan yang menjadi tujuan penangkapan
Daftar
Pustaka
Ayodhyoa.
1981. Metode Penangkapan Ikan. Diktat Kuliah (tidak dipublikasikan).
Ayodhyoa
dan Diniah. 1989. Handbook Perikanan Indonesia. Diktat Kuliah (tidak
dipublikasikan. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Hal: 39
Badrudin,
M., Gornal. H, B. Iskandar P, P. Raharjo dan R. Basuki. 1998. Potensi dan
Penyebaran Sumberdaya Ikan Laut di Perairan Indonesia, Jakarta: Komisi Nasional
Pengkajian Stok Ikan Laut. LIPi. Hal: 139 – 154.
Bal, D.V.
and K.V. Rao. 1990. Marine Fisheries of India. New Delhi: McGraw Hill
Publishing Company Limited. 475 pp.
Gunarso,
W. 1985. Tingkah Laku Ikan Dalam Hubungannya Dengan Alat, Metode, dan Taktik
Penangkapan. Diktat Mata Kuliah (tidak dipublikasikan). Bogor: Institut
Pertanian Bogor, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. 149 hal.
Monintja,
R.D., dan S. Martasuganda. 1991. Diktat Kuliah Teknologi Penangkapan Ikan
(tidak dipublikasikan). Bogor: Institut Pertanian Bogor, Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan. Hal: 1-3
Nontji, A.
1987. Laut Nusantara. Jakarta: Penerbit Djambatan. 368 hal.
Saanin, H.
1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi 1. Bogor: Bina Cipta. 255 hal.
Subani, W.
Dan H.R. Barus. 1989. Alat Penangkapan ikan dan Udang Laut di Indonesia. Jurnal
Penelitian Perikanan Laut No. 50 Tahun 1988/1989. Edisi Khusus. BPPL. Jakarta.
248 hal.
Urbinas,
M.P. 2000. Pengaruh ukuran Umpan Buatan Terhadap komposisi Hasil Tangkapan Pada
Pencing Tonda di Perairan Sorong, Papua [Skripsi] (tidak dipublikasikan).
Bogor: Institut Pertanian Bogor, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Departemen Pemanfaatan sumberdaya Perikanan. Hal 9-10
Von
Brandt, A. 1984. Fish Catching Methods of World. England: FAO Fishing News
Books. Ltd. Farnham, Jursey. Page: 80-82
Rochmawati.
2004. Perbedaan Jenis Umpan Terhadap Hasil Tangkapan Layur Dengan Pancing Ulur
di Perairan Prigi Kabupaten Trenggalek [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian
Bogor, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya
Perikanan
Download File di bawah ini
Senin, 19 November 2012
Administration for Operation (ADO) and 10 jobs
Senin, November 19, 2012
lowongan kerja terbaru
From: cs-id@jobsdbalert.co.id
Date: Sun, 18 Nov 2012 12:55:05 +0800
Subject: Administration for Operation (ADO) and 10 jobs
|
Free Download Windows 8 Final Professional 32 Bit, 64 Bit Full Version With Keygen + Serial
Senin, November 19, 2012
Free Download Software
Date: Sun, 18 Nov 2012 11:21:28 +0000
Subject: Haramain Software | Free Download Software, Theme, Game, etc Full Version
Download Windows 8 Final Professional 32 Bit dan 64 Bit Full Version With Keygen + Serial
Posted: 17 Nov 2012 09:56 PM PST
Windows 8 Pro Final. Seperti janji saya sebelumnya dan berhubung banyak sahabat haramain software yang menginginkan windows 8 final dan pada postingan sebelumnya sudah saya share windows 8 activator all windows 8 100% Working, sekarang saya akan share windows 8 professional final 32 bit dan 64 bit full version with keygen + Serial.
Windows 8 professional yang saya bagikan ini sudah banyak yang mencoba dan yang saya bagikan ini adalah file torrent yang akan memudahkan sahabat haramain software untuk mendownload tampa takut resiko tidak bisa di resume.
Saya juga akan menjelaskan cara membuat menjadi full version agar sahabat haramain software tidak menjadi pusing.
Screenshoot :
Bagi yang ingin download file torrentnya silahkan download pada link dibawah ini.
Cara download menggunakan torrent bisa baca disini.
Nanti ketika mendownload menggunakan torrent akan terlihat kapasitas aslinya yaitu windows 8 pro final 32 bit 2,45 Gb dan yang 64 Bit 3,4 Gb.
Keuntungan mendownload menggunakan torrent adalah sahabat HS bisa meresume kapan saja tanpa takut akan eror, Torrent juga Ketika mendownload tidak kalah dengan IDM.
Cara Menjadikan Windows 8 Pro Final Genuine ( Full Version )
XKY4K-2NRWR-8F6P2-448RF-CRYQH NG4HW-VH26C-733KW-K6F98-J8CK4 RR3BN-3YY9P-9D7FC-7J4YF-QGJXW Jika cara diatas masih ada yang tidak bisa, gunakan Windows 8 Activator All windows 8 untuk membuat menjadi genuine. Untuk mendownload activator tersebut, bisa download disini |
Sumber: http://software-word.blogspot.com | |
Minggu, 18 November 2012
Pola Interaksi Stakeholder Perikanan Tangkap Pada Komunitas Nelayan Pancing Layur Di Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat
Minggu, November 18, 2012
Skripsi
Latar Belakang
Saat ini banyak program pemberdayaan yang mengklaim sebagai program yang berdasar kepada keinginan dan kebutuhan masyarakat (bottom up), tapi ironisnya masyarakat tetap saja tidak merasa memiliki akan program-program tersebut, sebagai akibatnya banyak program yang hanya seumur masa proyek dan berakhir tanpa dampak berarti bagi kehidupan masyarakat. Pertanyaan kemudian muncul apakah konsep pemberdayaannya yang salah atau pemberdayaan dijadikan alat untuk mencapai tujuan tertentu dari segolongan orang (Syarief, 2008). Sudah banyak usaha-usaha yang digulirkan baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dalam meningkatkan pembangunan perikanan. Namun, usaha-usaha yang dilakukan tersebut seolah tidak memberikan dampak yang berarti khususnya bagi nelayan sebagai pelaku terdepan dalam sektor perikanan.
Tidak optimalnya pengaturan sektor perikanan (oleh pemerintah) dan adanya sejumlah kedudukan serta peranan yang berbeda dalam masyarakat telah melahirkan kelembagaan-kelembagaan yang diprakarsai oleh kelompok elit yang ada di masyarakat. Dalam sosiologi, kelompok elit tersebut didefinisikan sebagai anggota suatu kelompok kecil dalam masyarakat yang tergolong disegani, dihormati, kaya, serta berkuasa. Menurut Usman dalam Tonny (2005), mereka adalah kelompok minoritas superior yang posisinya berada pada puncak strata, memiliki kemampuan untuk mengendalikan aktifitas perekonomian dan sangat dominan untuk mempengaruhi proses pengambilan keputusan.
Ptentang kelahiran kelompok elit dalam masyarakat biasa dihubungkan dengan dua pendapat. Pendapat pertama adalah yang percaya bahwa kelompok ini lahir dari proses alami, mereka adalah orang-orang terpilih yang oleh Tuhan dikarunia kepandaian, kemampuan, dan keterampilan lebih tinggi dalam mengatasi atau memecahkan persoalan hidup. Mereka memiliki kapasitas personal yang lebih potensial daripada massa. Pendapat kedua adalah yang percaya bahwa kelompok elit lahir akibat dari kompleksitas organisasi sosial.
Keberadaan kelembagaan-kelembagaan informal ini telah mengambil alih peran dari beberapa lembaga formal di masyarakat. Secara fungsional keberadaan kelembagaan informal ini sangat dibutuhkan dalam menjembatani antara kemauan pemerintah dan kepentingan masyarakat dalam memacu gerak pembangunan di negara sedang berkembang manakala fungsi dari lembaga formal tidak berjalan dengan optimal. Namun, masalah baru akan timbul ketika terjadi konflik sosial antara kelompok elit dan pemerintah. Eratnya interaksi sosial yang terjalin antara nelayan dengan berbagai stakeholder menjadikan kelembagaan informal ini memiliki kekuasaan yang lebih terhadap nelayan dibandingkan pemerintah, dalam hal ini pemerintah diwakili oleh lembaga formal.
Selama interaksi yang terjalin antara nelayan dengan kelembagaan informal ini saling menguntungkan, tidak akan timbul masalah. Namun yang dikhawatirkan adalah terjadinya monopoli kekuasaan oleh kelompok elit terhadap nelayan melalui mekanisme pranata sosial. Prasodjo dalam Tonny (2003) mengartikan sebagai kelembagaan sosial yang dimanfaatkan untuk mempertahankan sistem stratifikasi sosial (dapat berupa politik, kelembagaan ekonomi seperti hak kepemilikan terhadap barang dan usaha, kelembagaan agama, pendidikan, militer, kekerabatan, dan lain-lain).
Guna memahami interaksi antar stakeholder perikanan tangkap, penelitian telah dilakukan di Cisolok. Kawasan PPI Cisolok memiliki karakteristik yang unik : PPI Cisolok merupakan kawasan sektor perikanan yang kedepannya akan menggantikan fungsi PPN Palabuhanratu bagi kapal-kapal berukuran 30 GT ke bawah. Namun kondisi perikanan yang ada sangat memprihatinkan banyak nelayannya di PPI Cisolok yang memilih untuk bekerjasama dengan kelembagaan-kelembagaan informal dalam melakukan aktifitasnya. Hal ini menarik untuk dikaji karena disana peran dari beberapa lembaga formal mulai tergantikan.
Daftar Pustaka;
Tonny, F. 2005. Sosiologi Umum. Bogor. Fakultas Ekologi Manusia IPB. (Modul Praktikum)
Syarief, E. 2008. Pembangunan Kelautan Dalam Konteks Pemberdayaan Masyarakat Pesisir. //http.bappenas.go.id.
Sumber artikel:
Zasuli. 2009.
Pola Interaksi Stakeholder Perikanan Tangkap Pada Komunitas
Nelayan Pancing Layur Di Kawasan Pangkalan
Pendaratan Ikan Cisolok, Kabupaten
Sukabumi, Jawa Barat
[SKRIPSI]. Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor
Langganan:
Postingan (Atom)