1. Definisi dan Klasifikasi
Muroami berasal dari kata “muro” dan “ami”. Ami artinya jaring dan muro artinya sebangsa ikan carangidae. Awalnya muroami digunakan untuk menangkap ikan karang. Namun dalam perkembangannya muroami dikhususkan untuk menangkap ikan ekor kuning. Didaerah Makassar para nelayan menyebutnya sebagai “pukat rapo-rapo” yaitu jaring yang digunakan untuk menangkap ikan ekor kuning (Suban dan Barus 1989). Berdasarkan klasifikasi alat tangkap menurut Von Brandt (1984) muroami termasuk dalam kelompok alat tangkap drive-in-net.
2. Konstruksi Alat Penangkapan Ikan
Kontruksi muroami terdiri dari beberapa bagian yaitu; a) jaring; terdiri dari kaki
panjang, kaki pendek dan kantong. b) pelampung; terdiri dari pelampung-pelampung kecil yang berada di tali ris atas. c) pemberat; terdapat di bagian tali ris bawah dan di bagain bawah mulut kantong (Subani dan Barus 1989).Parameter utama muroami adalah ukuran kantong tempat ikan tertangkap. Hal ini karena semakin besar kantong maka semakin banyak ikan yang tertangkap (Subani dan Barus 1989).
3. Kelengkapan dalam Unit Penangkapan Ikan
3.1 Kapal
Kapal yang dibutuhkan untuk mengoperasikan muroami yaitu 3-5 buah perahu, satu buah perahu berfungsi untuk membawa kantong dan dua perahu lainnya untuk membawa sayap atau kaki jaring (Ribka ruji raspati 2008).
3.2 Nelayan
Nelayan yang dibuthkan untuk mengoperasikan muroami antara 20-24 orang. Satu orang sebagai fishing master, satu orang lainnya sebagai penjaga atau pemegang kedua ujung kantong jika jaring akan diturunkan atau dipasang. Satu atau dua orang sebagai penjaga kantong bagian belakang. Empat sampai enam orang sebagai penyelam, dan yang lain sebagai penggiring ikan yang agar tertangkap dalam jaring (Subani dan Barus 1989).
3.3 Alat Bantu
Alat bantu yang digunakan yaitu selang yang berfungsi untuk menyalurkan udara kepada para penyelam. Mesin kompresor berfungsi untuk penyuplai udara melalui selang penyelam (Ribka ruji raspati 2008).
3.4. Umpan
Alat tangkap muroami tidak menggunakan umpan dalam pengoperasiannya. Hal ini karena muroami dioperasikan dengan cara menggirng ikan hingga masuk ke dalam jaring kantong (Subani dan Barus 1989).
4. Metode Pengoperasian Alat
Menurut Subani dan Barus (1989), proses pengoperasian muroami adalah sebagai berikut: a) nelayan harus engetahui dan dapat memperkirakan adanya kawanan ikan yang dilakukan oleh beberapa nelayan dengan cara menyelam dengan menggunakan kacamata air. b) nelayan harus mengetahui keadaan arus air antara lain kemungkinan adanya arus atas dan bawah serta mengenai kekuatan arus. Kekuatan arus skala sedang adalah yang paling baik untuk pemasangan atau penanaman jaring. c) pemasangan jaring delakukan demikian rupa sehingga membentuk huruf Vdan letak ujung depan kaki yang pendek harus berada di tempat dangkal dimana karang berada, sedangkan ujung kaki panjang diletakkan ditempat dalam. d) penggiringan segera dilakukan setelah pemasangan kantong yaitu dengan mengambil tempat anatara ¼-1/3 dari bagian ujung kaki yang belakang.
Muroami pada umumnya dioperasikan satu hari atau one day fishing. Satu unit muroami rata-rata melakukan operasi penangkapan 2-3 kali setting dalam satu hari penangkapan (Ribka ruji raspati 2008).
5. Daerah Pengoprasian
Daerah pengoperasian muroami adalah di perairan karang pada kedalamnan anatara 10-25 m dengan dasar laut tidak terlalau miring (Simbolon 2005). Menurut Subani dan Barus (1989) muroami dioprasikan di daerah Jakarta (Kep. Seribu), Sulawesi Selatan (Kep. Spermende), Kep. Sapeken dan lombok.
6. Hasil Tangkapan
Hasil tangkapan utama adalah ikan ekor kuning (Caesio cuning). Selain ikan ekor kuning alat ini juga menangkap jenis ikan karang lainnya yang merupakan hasil tangkapan sampingan seperti ikan penjalu (Caesio coerulaureus), pisang-pisang (C.Chrysononus), sunglir (Elagatis bipinnulatus), selar kuning (Caranx leptolepis) dan kuwe macan (Caranx spp.) (Subani dan Barus 1989).