Penulis : Indra Akuntono | Kamis, 1 November 2012 | 10:02 WIB
KOMPAS IMAGES/MUNDRI WINANTO
Calon Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo mensosialisasikan kartu sehat dan kartu pintar dihari pertama kampanye di Tanah Tinggi, Jakarta, Senin (25/6/2012). Dengan kartu sehat dan kartu pintar Jokowi menjanjikan pengobatan gratis dan pendidikan gratis untuk warga Jakarta.
KOMPAS IMAGES/MUNDRI WINANTO
Calon Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo mensosialisasikan kartu sehat dan kartu pintar dihari pertama kampanye di Tanah Tinggi, Jakarta, Senin (25/6/2012). Dengan kartu sehat dan kartu pintar Jokowi menjanjikan pengobatan gratis dan pendidikan gratis untuk warga Jakarta.
JAKARTA, KOMPAS.com — Dua pekan sudah
Ibu Kota dipimpin oleh Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama. Sejumlah aksi
telah dilakukan pasangan gubernur ini, bahkan sering kali menarik
perhatian masyarakat yang rindu pemimpin sederhana dan tak elitis
seperti Jokowi. Namun, semua seperti larut dalam masa bulan madu yang
indah sehingga luput memperhatikan hal lain yang dianggap kecil.
"Selama ini pendapatan dari puskesmas diputar untuk menutup sektor
kesehatan. Kalau digratiskan tanpa biaya, itu menjadi berat anggarannya."
Satu contoh adalah kebijakan Jokowi yang ingin memberikan pelayanan
optimal dari sisi kesehatan. Dalam kurun dua bulan ke depan, Jokowi
akan menyebar 10.000 Kartu Sehat. Diawali dengan 3.000 kartu yang
dibagikan pada 10 November 2012, dan 7.000 kartu sisanya dibagikan
kemudian sampai akhir tahun ini.
Satu contoh adalah kebijakan Jokowi yang ingin memberikan pelayanan
optimal dari sisi kesehatan. Dalam kurun dua bulan ke depan, Jokowi
akan menyebar 10.000 Kartu Sehat. Diawali dengan 3.000 kartu yang
dibagikan pada 10 November 2012, dan 7.000 kartu sisanya dibagikan
kemudian sampai akhir tahun ini.
Dengan maksud memangkas birokrasi
yang rumit, pembagiannya pun dipermudah. Warga Ibu Kota yang ingin
mendapat layanan kesehatan gratis dapat memperoleh Kartu Sehat di
puskesmas, dengan catatan bersedia menjalani pengobatan di puskesmas
atau rawat inap di kelas III rumah sakit umum daerah.
Sebagai penandanya, mulai 1 November 2012 semua puskesmas di seluruh
penjuru Jakarta digratiskan. Yang di era kepemimpinan gubernur
sebelumnya dikenakan biaya retribusi sebesar Rp 2.000, kali ini semua
warga Jakarta dapat berobat ke puskesmas tanpa dipungut biaya sepeser
pun. Akan tetapi, semuanya berjalan bukan tanpa sandungan, pasalnya
kebijakan itu mengancam hilangnya pendapatan asli daerah (PAD) khususnya
untuk menutup sektor kesehatan di Ibu Kota.
Anggota Komisi E DPRD
DKI Jakarta, Maria Henie, mengatakan, selama ini PAD untuk sektor
kesehatan itu berasal dari puskesmas. Ceritanya menjadi lain bahkan
dapat membebani anggaran apabila biaya retribusi yang nilainya dianggap
sudah sangat rendah kemudian dihapus oleh Jokowi.
"Selama ini
pendapatan dari puskesmas diputar untuk menutup sektor kesehatan. Kalau
digratiskan tanpa biaya, itu menjadi berat anggarannya," kata Maria saat
ditemui Kompas.com di Gedung DPRD DKI Jakarta, Kamis (1/11/2012) pagi.
Untuk diketahui, Kartu Sehat merupakan salah satu program unggulan
Jokowi. Dengan kartu ini, layanan kesehatan warga DKI akan lebih
terjamin. Selain gratis berobat ke puskesmas, terbuka juga peluang untuk
rawat inap di RSUD kelas II dengan catatan seluruh ruang di kelas III
sudah penuh dan tak mampu lagi menampung pasien.
Direncanakan,
Kartu Sehat ini akan menyasar 4,7 juta jiwa warga Jakarta. Jumlah
tersebut kira-kira setara dengan 50 persen jumlah warga DKI, atau warga
yang masuk dalam kategori menengah ke bawah. Bertepatan dengan Hari
Pahlawan nanti, tujuh permukiman kumuh dan padat penduduk menjadi
prioritas utama pembagian 3.000 Kartu Sehat.
Editor :
Hertanto Soebijoto